Selasa, 12 Oktober 2010

Cerita Kita Di Mulai Dari Sebuah Pertemuan

Rasa bosan mulai merayap ke dalam tubuhku. Membuat aku semakin gelisah. Tanpa tentu arah aku berjalan kesana kemari mencari sesuatu yang menarik dari seisi rumahku. Tetapi hasilnya, tak ada satu hal sekecil apapun yang menarik perhatianku. Aku terus berjalan kesana kemari. Sudah hampir mengelilingi seluruh sudut ruangan mungkin.
"Teh! Lagi apa sih? Mondar-mandir nggak jelas!" ujar mamah gusar
"Bete tau mah! Biasanya kan jam segini lagi maen ama Dirga. Eh, sekarang Dirga dah pindah. Jadi nggak ada temen aku mah!" gerutuku
"ya udah daripada mondar-mandir bikin mamah pusing. Kamu mending maen sana. Jalan-jalan kek," ujar mamah gusar
"ih mamah ngusir ya! ya udah ah, teteh mau main dulu. Assalamualaikum," ujarku sambil berlalu
Aku berjalan menyusuri jalan setapak menuju bukit di belakang rumahku. Dulu bukit itu adalah tempat favorit aku dan Dirga. Jika ada masalah pasti kami pergi ke bukit itu.
"ah, seandainya Lo nggak pindah, Ga. Kan gue ga bakal bete gini," gumamku
Baru saja aku akan naik ke rumah pohon yang aku buat bersama Dirga saat tiba-tiba aku melihat seseorang di rumah pohon itu. Aku amati wajah pria itu.
"Dirga," gumamku
aku tertawa senang
"woy Om!! Om!! Lagi apa lo?" teriakku histeris
Om adalah panggilanku untuk dirga. Aku terus berteriak memanggilnya. Namun, dirga tetap bergeming.
"Om!! Ini gue, Githa! Woy Om! Denger nggak sih lo?" teriakku gusar, namun Dirga tetap saja bergeming
Aku mengambil sebuah kerikil dan ku lempar ke arah Dirga.
Plukk. . .
Kerikil itu tepat mengenai kepala Dirga. Dirga bergerak, melihat ke arahku. Tetapi ekspresinya datar. Aku tahu ada yang tidak beres. Aku bergegas naik ke rumah pohon itu dan duduk di samping Dirga. Menunggunya bicara.
"Gue nggak nyangka dia bakal ninggalin gue secepet ini," itulah kalimat pertama yang Dirga ucapkan
"Loh? Dia? Siapa? Cewek Lo?" tanyaku bingung
"Bukan!" jawab Dirga sambil mendorong kepalaku
"terus siapa dong?"
"Sahabat Gue, tha. Namanya Raka."
"Hah? Emang dia kemana?"
"Meninggal dia," jawab Dirga lirih
"hah? Meninggal? Kok bisa?" ujarku kaget
"ya bisalah! Namanya juga orang idup."
"ih Om! Maksudku dia meninggal kenapa?" tanyaku kesal
"dia kanker otak, tha," jawab Dirga miris
"astagfirullah! Yang bener Om?" tanyaku tak percaya
"iya, tha. Padahal Raka anaknya asyik banget. sepi banget tha nggak ada dia."
"Jangan gitu Om! Namanya juga hidup. Pasti ada yang datang dan pergi," ujarku berusaha tenang
"padahal kemaren sore Raka masih becanda-canda di kampus tha. Eh pas sore adiknya sms kalau dia udah nggak ada,"
Aku tak mampu berkata apa-apa lagi. Aku mengerti apa yang Dirga rasakan saat ini. Kehilangan, ya kehilangan.
"Aku nggak nyangka tha dia pergi secepat ini," ujar Dirga lagi
"sabar ya om! Lo nggak boleh ngomong gitu. Lo harus tabah Om. Ini cobaan," aku berusaha menenangkan Dirga.
"Lo nggak ngerti tha! Raka sahabat Gue dari SD. Mungkin kalau Lo kenal dia Lo juga bakal ngerasa nggak rela, sama kayak gue!" suara Dirga mulai meniggi
"Iya Gue tau Gue nggak ngerti apa yang Lo rasa! Tapi nggak gini juga kali Om! Kasian temen Lo itu! Kalo Lo nggak rela dia nggak bakal tenang!"
"Gue. . . Gue. . . Nggak mau kehilangan Sahabat kayak Raka, tha!" jawab Dirga terbata
"Iya Gue tau Om. Lo yang tabah ya," ujarku
Dirga terdiam. Begitu pun aku. Angin berhembus perlahan. Ku lihat Dirga menutup mata dan menghirup angin dalam-dalam, seolah angin itu bisa menyejukkan hatinya yang panas. Tiba-tiba Dirga memalingkan wajahnya, memandangku.
"apa?" tanyaku judes
"Lo mau tau yang namanya Raka nggak tha?"
"emang bisa?"
"bisalah! Gue ada photo dia."
"mana? Gue liat!" ujarku tak sabaran
Dirga merogoh kantong jeansnya dan mengeluarkan handphonenya.
"nih Raka," ujar Dirga sambil menyerahkan handphonenya
"waw!!! Keren banget Om! Cakep! Cool!!" ujarku norak
"hahaha kerenkan!"
"iya keren banget. Wah sayang sekali. Kalau masih idup mau deh jadi pacarnya," ujarku
"halah!! Dia kalo masih idup juga belum tentu mau jadiin lo pacarnya," ujar Dirga sambil merebut Hpnya dari tanganku
"Raka itu ceweknya banyak. Cantik-cantik. Playboy dia. Dia kagak bisa liat cewek cantik dikit langsung nyosor. Tapi kalo elo mah kayaknya kagak deh, haha," ujar dirga sambil tertawa terbahak-bahak
"ya elah elo om! Ngina mulu! Dukung Gue napa!"
"Ogah gue dukung lo! Tante tante girang, hahaha," Dirga kembali meledekku
"ah elo tuh om om genit!" balasku
Tak terasa waktu telah bergulir menuju senja.
"Eh tha, gue balik ya. Udah sore," pamit Dirga
"Ok Om! gue juga mau balik,"
kami pun berjalan bersama dan berpisah di depan rumahku.

Kelak aku berfikir dan terus penasaran dengan foto yang ditujukkan Oleh Rakka,dan aku bergumam "duh , seandainnya dia bisa jadi milikku" , aku berfiki "ayo githa sadar dong, kamu tuh gk mungkin bisa mendapatkan rakka, lagi pula rakka tuh sudah tiada ujar dirga ".Dalam perjalanan aku pun terus bergumam tentang rakka hingga sampai di rumah.
Keesokan harinya , mamah memanggil " teh,teh coba deh teteh lihat ke depan ada siapa?ujar mamah , kata ku " emank siapa manh ?" aku pun berlarian dengan semangat 45! dan ternyata "wuihhhh dirgaaa!!" aku pun kaget setangah mati , kok dirga begitu beda dan sedikit ganteng , penampilannya berubah total , kata ku " eh dir lo mau ke mana ? rapih amat pake item2 udah kaya orang mau ngelayat " ujarku , " ahh kampungan bgt si lo git , bikin malu gw deh , udeh cepet masuk kamar ganti baju yang cantik , tapi inget pake item2 yaaa??!!" ucap dirga , "okay om ! ujar ku, dengan semangat 45 aku pun lari pontang - panting menuju kamar tanpa berfikir panjang .
5 menit kemudian , aku berdandan begitu cantik , baju muslim mamah bewarna hitam panjang dan berjilbab hitam ,
"mamah , teteh pergi dulu ya sama dirga "ucapku , "iya tapi pulangnya jangan malam2 ya "ucap mamah. Dirga yang berbaju rapi , yang membawa mobil vioz , siap untuk mengajakku pergi . Vioz adalah mobil kebanggaan dirga , yang kata dia diberi nama Voo , entah aku juga bingung apa arti nama itu ??
di perjalanan aku bertanya kepada dirga " om sebenernay kita mau kemana sii ? kok pake baju item2 , udah kaya  mau kawinan aja -,-" ",ujarku ,kata dirga " udah deh gk usah bawel , menidng kao duduk manis dan lyat tar kita mau kemana ". Perjalanan kita lalui dengfan mendegar kaset cd UNGU ,"pernah kah kau merasa hatimu hampa!", kita pun bernyanyi2.
25 menit kemudian kami sampai di tujuan , dan . . . . ....
"om ini kan kuburan ! jangan bercanda dehh . .., aku takut tau" ujarku ,"udah deh kao gk usah bawel!" kata dirga . Akupun terlihat sedikit takut , namun tidak dengan dirga , dia pun terlihat sangat tenang , aku pun bertanya - tanya dalam hati dan akhirnya . . . .
aku melihat sesosok lelaki, yang mirip dengan Raka, sedang menangis tersedu - sedu di salah satu kuburan , aku begitu kaget ! dengan nada sedikit panik aku berkata ,"Om , iiiii . . . tuu . ..ka..n..n Raka ! , kata kao Raka udah gk da, tp itu nyata , Ia sedang menangis tersedu - sedu ,aku takut om!" sambil ngumpet di belakang Dirga , "ehhhh kamu apa2in si , malu tau gk di liat banyak orang ,udah deh kao gk usah parno gt , sini aku kenalin ,jangan ngumpet di belakang ku" ujar dirga , aku masih bingung dan tak mampu untuk berkata - kata ,hanay kata legowo saja yang mampu membuatku menjadi tenang. Saat itu juga Dirga mendekati lelaki itu dan memanggilnya " Hey Fa!pa kabar lo ? udah gk usah di tangisin , kasian raka , tar gk tenang malah , neh ada tisu buat loe, apus tuh air mata u itu", aku yang melihat dari jauh , ikut terenyuh dan mulai sedikit mendekat , dan menyapannya " hayyyy ( nada sedikit gugup ) ", kata dirga "oh ya lupa ini gw kenalin , ini Rafa ,kakak 
kembarnya Raka , Raka ini githa , Gita ini Raka " aku berkata "hay Rafa salam kenal , aku kaget aja, aku kira kamu Raka yang di foto itu , ternyata kalian kembar toh " dengan hati yang sedikit lega dan bisa agal sedikit tersenyum .Ternyata memang kembar identik yah, aku pun melihat dirga begitu akrab dengan rafa , sampai rafa kembali ceria kembali . . . . .
Bersambung . . . . ..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar